
Garudamuda.co.id – Assassin’s Creed Shadows, game terbaru dalam seri populer Assassin’s Creed yang berlatar di Jepang, telah menarik perhatian banyak penggemar dan kritikus. Namun, game ini juga menuai kontroversi, terutama dari perwakilan kuil-kuil Jepang yang merasa bahwa penggambaran budaya dan sejarah Jepang dalam game ini tidak akurat atau bahkan menghina.
Dalam artikel ini, kita akan membahas alasan mengapa Assassin’s Creed Shadows mungkin ditindak oleh perwakilan kuil Jepang, serta implikasi dari kontroversi ini terhadap industri game dan representasi budaya.
Latar Belakang Assassin’s Creed Shadows
Assassin’s Creed Shadows adalah game yang dinanti-nantikan oleh banyak penggemar seri Assassin’s Creed. Game ini berlatar di Jepang pada periode Sengoku, sebuah era yang penuh dengan konflik, intrik, dan perubahan besar dalam sejarah Jepang. Periode ini sering dianggap sebagai salah satu era paling menarik dalam sejarah Jepang, menjadikannya latar yang sempurna untuk game yang menggabungkan elemen sejarah, aksi, dan stealth.
Namun, penggambaran sejarah dan budaya dalam game sering kali menjadi tantangan besar bagi developer. Apalagi, Jepang adalah negara yang sangat menghargai tradisi dan sejarahnya, sehingga setiap kesalahan dalam representasi bisa menimbulkan reaksi keras dari masyarakat setempat.
Alasan Perwakilan Kuil Jepang Menentang Assassin’s Creed Shadows
1. Penggambaran yang Tidak Akurat
Salah satu alasan utama mengapa perwakilan kuil Jepang mungkin menentang game tersebut adalah penggambaran yang tidak akurat terhadap budaya dan sejarah Jepang. Kuil-kuil di Jepang bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol warisan budaya dan sejarah yang sangat dihormati. Jika game ini menggambarkan kuil-kuil tersebut dengan cara yang tidak sesuai dengan kenyataan, hal ini bisa dianggap sebagai penghinaan terhadap nilai-nilai budaya dan spiritual masyarakat Jepang.
Misalnya, jika kuil-kuil dalam game digambarkan sebagai tempat kekerasan atau aktivitas yang tidak pantas, hal ini bisa menimbulkan reaksi negatif dari perwakilan kuil dan masyarakat umum.
2. Penggunaan Elemen Spiritual yang Tidak Pantas
Jepang memiliki kepercayaan dan praktik spiritual yang sangat kaya, seperti Shinto dan Buddhisme. Kuil-kuil sering kali menjadi pusat kegiatan spiritual ini. Jika Assassin’s Creed Shadows menggunakan elemen-elemen spiritual ini dengan cara yang tidak pantas atau tidak hormat, hal ini bisa dianggap sebagai pelecehan terhadap kepercayaan dan tradisi masyarakat Jepang.
Contohnya, jika game ini menampilkan ritual-ritual suci sebagai bagian dari plot kekerasan atau konspirasi, hal ini bisa menimbulkan kemarahan dari perwakilan kuil dan pemuka agama.
3. Komersialisasi Budaya yang Tidak Etis
Perwakilan kuil Jepang mungkin juga merasa bahwa Assassin’s Creed Shadows memanfaatkan budaya dan sejarah Jepang hanya untuk keuntungan komersial, tanpa menghormati atau memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kuil-kuil di Jepang sering kali dikunjungi oleh wisatawan dan dianggap sebagai simbol perdamaian dan keharmonisan. Jika game ini menggambarkan kuil-kuil tersebut dalam konteks kekerasan atau konflik, hal ini bisa dianggap sebagai eksploitasi budaya yang tidak etis.
4. Dampak terhadap Reputasi Kuil
Kuil-kuil di Jepang tidak hanya memiliki nilai spiritual, tetapi juga nilai ekonomi dan budaya. Banyak kuil yang menjadi tujuan wisata penting, dan reputasi mereka sangat dijaga. Jika Assassin’s Creed Shadows menggambarkan kuil-kuil tersebut dengan cara yang negatif, hal ini bisa memengaruhi persepsi publik terhadap kuil-kuil tersebut dan mengurangi jumlah pengunjung.
Dampak Dari Kasus Penindakan Ini
1. Dampak terhadap Industri Game
Kontroversi ini bisa memiliki dampak besar terhadap industri game, terutama dalam hal representasi budaya. Developer game perlu lebih berhati-hati dalam menggambarkan budaya dan sejarah negara lain, terutama jika budaya tersebut masih hidup dan dihormati hingga saat ini. Kesalahan dalam representasi tidak hanya bisa menimbulkan reaksi keras dari masyarakat setempat, tetapi juga merusak reputasi developer dan publisher.
2. Pentingnya Konsultasi dengan Ahli Budaya
Untuk menghindari kontroversi seperti ini, developer game perlu bekerja sama dengan ahli budaya dan sejarah saat mengembangkan game yang berlatar di negara atau budaya tertentu. Konsultasi dengan perwakilan kuil, sejarawan, dan pakar budaya bisa membantu memastikan bahwa penggambaran dalam game akurat dan menghormati nilai-nilai budaya.
3. Tanggung Jawab Sosial Developer
Developer game memiliki tanggung jawab sosial untuk memastikan bahwa konten yang mereka buat tidak hanya menghibur, tetapi juga menghormati budaya dan sejarah. Dalam kasus Assassin’s Creed Shadows, Ubisoft perlu mempertimbangkan dampak game ini terhadap masyarakat Jepang dan mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa penggambaran budaya dan sejarah dalam game ini akurat dan hormat.
Bagaimana Ubisoft Bisa Menanggapi Kasus Ini?
1. Melakukan Dialog dengan Perwakilan Kuil
Ubisoft bisa membuka dialog dengan perwakilan kuil Jepang untuk memahami kekhawatiran mereka dan mencari solusi yang saling menguntungkan. Misalnya, Ubisoft bisa memastikan bahwa kuil-kuil dalam game digambarkan dengan cara yang menghormati nilai-nilai budaya dan spiritual.
2. Menambahkan Catatan atau Penjelasan dalam Game
Ubisoft bisa menambahkan catatan atau penjelasan dalam game yang menyatakan bahwa Assassin’s Creed Shadows adalah karya fiksi yang terinspirasi oleh sejarah, dan tidak dimaksudkan untuk menggambarkan budaya atau kepercayaan secara literal.
3. Melibatkan Ahli Budaya dalam Pengembangan
Untuk game selanjutnya, Ubisoft bisa melibatkan ahli budaya dan sejarah dalam proses pengembangan untuk memastikan bahwa representasi budaya dalam game akurat dan menghormati.
Hasil Akhir Dari Kasus Assassin’s Creed Shadows
Assassin’s Creed Shadows adalah game yang dinanti-nantikan oleh banyak penggemar, tetapi kontroversi yang melibatkan perwakilan kuil Jepang menunjukkan betapa pentingnya menghormati budaya dan sejarah dalam pengembangan game. Perwakilan kuil Jepang mungkin menentang game ini karena penggambaran yang tidak akurat, penggunaan elemen spiritual yang tidak pantas, dan komersialisasi budaya yang tidak etis.
Kontroversi ini mengingatkan kita bahwa developer game memiliki tanggung jawab sosial untuk memastikan bahwa konten yang mereka buat tidak hanya menghibur, tetapi juga menghormati nilai-nilai budaya dan sejarah.
Dengan melakukan dialog, melibatkan ahli budaya, dan menambahkan penjelasan dalam game, Ubisoft bisa mengurangi dampak negatif dari kontroversi ini dan memastikan bahwa Assassin’s Creed Shadows diterima dengan baik oleh masyarakat Jepang dan global.