Shadow

Yuk Intip Serunya Game Peperangan Kerajaan Dynasty Warriors

Garudamuda.co.id – Di tengah lanskap industri video game yang dipenuhi dengan beragam genre dan inovasi, Dynasty Warriors (dikenal di Jepang sebagai Shin Sangokumusou) berdiri sebagai sebuah fenomena unik.

Dikembangkan oleh Omega Force dan diterbitkan oleh Koei Tecmo (sebelumnya Koei), seri ini tidak hanya berhasil mempopulerkan kisah epik Tiga Kerajaan dari Tiongkok kepada audiens global tetapi juga melahirkan subgenre aksi yang khas, yaitu “Musou” atau “Warriors”.

Dengan gameplay ikoniknya yang “satu melawan ribuan”, Dynasty Warriors menawarkan fantasi kekuatan yang memuaskan, memungkinkan pemain untuk menebas ratusan musuh sebagai jenderal legendaris di medan perang yang luas.

Perjalanan panjang seri ini, dari awal mula yang sederhana hingga menjadi waralaba global dengan banyak sekuel, spin-off, dan kolaborasi, adalah cerminan dari daya tarik uniknya serta kemampuannya untuk berevolusi sambil tetap setia pada formula intinya.

Postingan ini akan menjelajahi secara mendalam sejarah, mekanisme gameplay, evolusi, dampak budaya, dan masa depan dari seri Dynasty Warriors, sebuah epopeya aksi kolosal yang telah mengukir namanya dalam sejarah video game.

Asal Usul: Dari Game Pertarungan ke Medan Perang Kolosal

Kisah Dynasty Warriors tidak dimulai sebagai game aksi taktis yang kita kenal sekarang. Judul pertama dalam seri ini, yang dirilis secara eksklusif di Jepang untuk PlayStation pada tahun 1997, adalah Sangokumusou.

Berbeda dengan penerusnya, Sangokumusou adalah sebuah game pertarungan satu lawan satu (fighting game) yang mirip dengan Tekken atau Soulcalibur, meskipun dengan karakter-karakter dari novel klasik Tiongkok, Romance of the Three Kingdoms (Kisah Tiga Kerajaan) karya Luo Guanzhong. Game ini menampilkan mekanisme pertarungan berbasis senjata dan memperkenalkan beberapa karakter yang nantinya menjadi ikon seri.

Namun, visi Koei untuk adaptasi Kisah Tiga Kerajaan tidak berhenti di situ. Dengan munculnya konsol PlayStation 2 yang menawarkan kemampuan perangkat keras jauh lebih mumpuni, tim pengembang di Omega Force, yang baru dibentuk di bawah Koei, melihat peluang untuk menciptakan sesuatu yang lebih ambisius.

Mereka ingin menggambarkan skala pertempuran besar yang menjadi ciri khas era Tiga Kerajaan. Maka, pada tahun 2000, lahirlah Shin Sangokumusou di Jepang, yang kemudian dirilis di Barat sebagai Dynasty Warriors 2.

Perubahan nama ini (penambahan “Shin” yang berarti “Baru” atau “Sejati” di Jepang, sementara Barat melanjutkan penomoran dari game pertarungan) menandakan pergeseran genre yang radikal. Dynasty Warriors 2 meninggalkan akar game pertarungannya dan beralih menjadi game aksi taktis 3D di mana pemain mengendalikan seorang perwira tunggal melawan ratusan, bahkan ribuan, prajurit musuh secara bersamaan di medan perang yang luas.

Inspirasi utama di balik narasi, karakter, dan latar belakang seri ini adalah Romance of the Three Kingdoms, sebuah novel sejarah epik abad ke-14 yang menceritakan pergolakan politik, perang, dan heroisme selama jatuhnya Dinasti Han dan perebutan kekuasaan antara negara Wei, Wu, dan Shu.

Dynasty Warriors mengambil tokoh-tokoh legendaris seperti Cao Cao, Liu Bei, Sun Quan, Lu Bu, Zhao Yun, dan Guan Yu, serta peristiwa-peristiwa penting seperti Pertempuran Hulao Pass, Pertempuran Guandu, dan Pertempuran Chibi, lalu menghadirkannya dalam format aksi yang bombastis.

Penerimaan awal terhadap Dynasty Warriors 2 cukup positif, terutama karena konsepnya yang segar dan skala pertempuran yang belum pernah ada sebelumnya. Game ini berhasil meletakkan dasar bagi mekanisme gameplay inti yang akan mendefinisikan seri dan genre Musou selama bertahun-tahun.

Mekanisme Inti Gameplay: Seni Perang Satu Lawan Seribu

Daya tarik utama dan ciri khas Dynasty Warriors terletak pada mekanisme gameplay “satu lawan seribu”. Pemain memilih salah satu dari puluhan perwira yang dapat dimainkan, masing-masing dengan senjata, gaya bertarung, dan kemampuan spesial yang unik, lalu terjun ke medan perang yang dipenuhi oleh tentara musuh.

Sistem pertarungan utama berkisar pada kombinasi serangan normal dan serangan kuat (charge attack). Dengan menekan tombol serangan normal beberapa kali diikuti oleh tombol serangan kuat, pemain dapat melancarkan berbagai jenis serangan area, serangan jarak jauh, atau serangan yang memecah pertahanan musuh.

Puncak dari sistem ini adalah “Serangan Musou” (Musou Attack), sebuah serangan spesial yang sangat kuat dan dapat menghabisi banyak musuh sekaligus. Serangan ini dapat diaktifkan setelah mengisi “Musou Gauge” dengan menyerang musuh atau menerima kerusakan. Dalam kondisi kritis (kesehatan rendah), Serangan Musou dapat ditingkatkan menjadi “True Musou Attack” yang lebih dahsyat dan seringkali disertai efek api.

Setiap misi dalam Dynasty Warriors berlangsung di peta pertempuran yang luas dan memiliki tujuan spesifik, seperti mengalahkan komandan utama musuh, merebut benteng-benteng kunci, melindungi sekutu, atau memenuhi kondisi strategis tertentu dalam batas waktu.

Moral pasukan (troop morale) memainkan peran penting; mengalahkan perwira musuh dan mencapai tujuan akan meningkatkan moral pasukan sekutu, membuat mereka bertarung lebih efektif, sementara kegagalan akan menurunkan moral dan menyulitkan pertempuran. Pemain harus memperhatikan alur pertempuran, bergerak secara strategis di peta untuk membantu unit sekutu yang terdesak atau menyerang titik lemah musuh.

Aspek progresi karakter juga menjadi elemen penting. Seiring pemain menyelesaikan pertempuran, karakter mereka akan naik level, meningkatkan statistik dasar seperti kesehatan, serangan, dan pertahanan.

Selain itu, pemain dapat mengumpulkan senjata baru yang lebih kuat dan item-item yang memberikan berbagai bonus pasif, seperti peningkatan jangkauan serangan, kecepatan, atau elemen khusus pada senjata (misalnya, api, es, petir). Pengumpulan dan kustomisasi senjata serta item ini menambah lapisan kedalaman dan replayability dalam game.

Evolusi Seri Utama: Ekspansi dan Penyempurnaan

Sejak Dynasty Warriors 2, seri utama terus mengalami evolusi melalui berbagai sekuel, masing-masing berusaha memperluas konten, menyempurnakan mekanisme, dan menambahkan fitur baru, meskipun tidak semuanya selalu diterima dengan baik.

  • Dynasty Warriors 3 (2001): Memperkenalkan mode kooperatif dua pemain (two-player co-op) yang menjadi favorit penggemar, menambah jumlah karakter yang dapat dimainkan secara signifikan, dan memberikan setiap karakter mode Musou (cerita) individual. Sistem senjata juga dikembangkan dengan tingkatan senjata yang lebih banyak.
  • Dynasty Warriors 4 (2003): Menambahkan elemen seperti mesin pengepungan (siege engines) yang dapat digunakan di medan perang, duel antar perwira, dan mode “Edit” yang memungkinkan pemain membuat karakter sendiri (meskipun fitur ini lebih dikembangkan dalam seri Empires). Alur cerita mulai memiliki beberapa percabangan berdasarkan tindakan pemain.
  • Dynasty Warriors 5 (2005): Setiap karakter kembali mendapatkan mode cerita individual yang lebih mendalam. Sistem pengawal (bodyguard system) juga disempurnakan, memungkinkan pemain untuk memberi perintah lebih detail kepada unit pengawal mereka.
  • Dynasty Warriors 6 (2007): Dirilis untuk konsol generasi baru (Xbox 360 dan PlayStation 3), game ini mencoba melakukan perubahan signifikan dengan memperkenalkan sistem “Renbu”. Sistem ini bertujuan membuat kombo serangan lebih dinamis dan berkelanjutan, tetapi banyak penggemar merasa sistem ini menyederhanakan dan membatasi variasi serangan dibandingkan sistem charge attack tradisional. Beberapa karakter juga kehilangan senjata unik mereka, yang menuai kritik. Meskipun demikian, grafis mengalami peningkatan signifikan.
  • Dynasty Warriors 7 (2011): Merespons kritik terhadap DW6, seri ini kembali ke sistem pertarungan yang lebih familiar namun dengan inovasi baru: kemampuan untuk mengganti dua senjata secara instan di tengah pertempuran (weapon switching system), yang memungkinkan variasi kombo yang lebih kaya. Mode cerita dirombak menjadi berbasis kerajaan (Wei, Wu, Shu, dan memperkenalkan kerajaan baru, Jin), memberikan narasi yang lebih kohesif dan sinematik.
  • Dynasty Warriors 8 (2013): Dianggap oleh banyak penggemar sebagai salah satu titik puncak seri, DW8 menyempurnakan sistem dari DW7, menambahkan lebih banyak karakter, dan memperkenalkan skenario “What if?” (Bagaimana jika?) yang memungkinkan pemain melihat akhir cerita alternatif jika kondisi tertentu terpenuhi dalam pertempuran. Mode “Ambition” juga ditambahkan, menawarkan pengalaman bermain yang berbeda dengan fokus membangun markas.
  • Dynasty Warriors 9 (2018): Merupakan perubahan paling drastis dalam sejarah seri, DW9 mengadopsi format dunia terbuka (open-world) untuk seluruh Tiongkok. Meskipun ambisius, pendekatan ini menerima resepsi yang beragam. Banyak yang memuji skala peta dan kebebasan eksplorasi, tetapi juga mengkritik dunia yang terasa kosong, performa teknis yang buruk, dan perubahan pada sistem pertarungan serta alur misi yang dianggap kurang memuaskan dibandingkan formula klasik.

Sepanjang evolusinya, seri ini terus menambah jumlah karakter yang dapat dimainkan, yang kini mencapai lebih dari 90 tokoh dari era Tiga Kerajaan, masing-masing dengan desain dan kepribadian yang dilebih-lebihkan namun tetap berakar pada sumber historis atau literatur. Peningkatan grafis dan kecerdasan buatan (AI) musuh juga menjadi fokus, meskipun AI seringkali masih menjadi titik kritik.

Properti Intelektual Berdasarkan Kisah Tiga Kerajaan

Salah satu kekuatan terbesar Dynasty Warriors adalah kemampuannya untuk mengadaptasi dan mempopulerkan Romance of the Three Kingdoms. Meskipun mengambil banyak kebebasan kreatif dalam desain karakter (yang seringkali flamboyan dan tidak akurat secara historis), kostum, senjata, dan penggambaran pertempuran, esensi dari cerita dan kepribadian tokoh-tokoh utamanya tetap terjaga.

Pemain diperkenalkan dengan karakter-karakter kompleks seperti Cao Cao yang ambisius dan pragmatis, Liu Bei yang berbudi luhur, Sun Quan yang pemberani, ahli strategi jenius Zhuge Liang, prajurit tak tertandingi Lu Bu, dan puluhan jenderal serta politisi lainnya.

Melalui mode cerita dan biografi karakter dalam game, pemain dapat mengikuti kisah hidup mereka, aliansi, pengkhianatan, dan pertempuran epik yang mereka jalani. Bagi banyak orang di luar Asia Timur, Dynasty Warriors menjadi perkenalan pertama mereka dengan periode sejarah Tiga Kerajaan yang kaya dan kompleks.

Seri ini berhasil menyeimbangkan antara kesetiaan pada materi sumber dengan kebutuhan untuk menciptakan pengalaman aksi yang seru dan “over-the-top”. Meskipun beberapa puritan sejarah mungkin mengkritik dramatisasi yang berlebihan, tidak dapat disangkal bahwa Dynasty Warriors telah berkontribusi besar dalam membangkitkan minat global terhadap Kisah Tiga Kerajaan dan tokoh-tokohnya, menjadikan mereka ikon budaya pop modern.

Ekspansi Waralaba: Spin-off dan Kolaborasi

Popularitas formula Musou yang dipelopori Dynasty Warriors mendorong Koei Tecmo untuk memperluas waralaba ini melalui berbagai spin-off dan kolaborasi dengan properti intelektual lainnya.

  • Dynasty Warriors: Empires: Seri spin-off ini menggabungkan aksi Musou dengan elemen strategi yang lebih dalam. Pemain tidak hanya bertempur di medan perang tetapi juga mengelola kerajaan, membuat kebijakan, merekrut perwira, dan berusaha menyatukan seluruh Tiongkok. Fitur pembuatan karakter (character creation) yang mendalam menjadi daya tarik utama seri Empires.
  • Dynasty Warriors: Xtreme Legends (XL): Biasanya dirilis sebagai ekspansi mandiri setelah judul utama, XL menambahkan karakter baru, senjata, mode permainan, dan skenario cerita, memperpanjang umur game inti.
  • Warriors Orochi: Seri crossover yang sangat sukses ini menggabungkan karakter-karakter dari Dynasty Warriors dan Samurai Warriors (seri Musou lain dari Omega Force yang berlatar era Sengoku Jepang) dalam sebuah dunia fantasi di mana mereka harus bertarung melawan Raja Iblis Orochi dan ancaman mistis lainnya. Seri ini juga memperkenalkan karakter orisinal dari mitologi Tiongkok dan Jepang.

Di luar waralaba Tiga Kerajaan dan Sengoku, Omega Force telah menerapkan formula Musou pada banyak properti intelektual terkenal lainnya, menciptakan subgenre “Warriors” yang lebih luas:

  • Samurai Warriors (Sengoku Musou): “Saudara kembar” Dynasty Warriors yang berfokus pada periode Sengoku di Jepang, menampilkan samurai legendaris seperti Oda Nobunaga, Date Masamune, dan Sanada Yukimura.
  • Dynasty Warriors: Gundam (Gundam Musou): Menggabungkan gameplay Musou dengan robot raksasa dari berbagai seri Mobile Suit Gundam.
  • One Piece: Pirate Warriors: Petualangan Luffy dan kru Topi Jerami dalam format aksi Musou, mengadaptasi arc cerita populer dari manga dan anime One Piece.
  • Hyrule Warriors dan Hyrule Warriors: Age of Calamity: Kolaborasi dengan Nintendo yang membawa karakter dan dunia The Legend of Zelda ke dalam gameplay Musou. Age of Calamity bahkan berfungsi sebagai prekuel naratif untuk Breath of the Wild.
  • Fire Emblem Warriors dan Fire Emblem Warriors: Three Hopes: Mengadaptasi karakter dan elemen taktis dari seri strategi RPG Fire Emblem ke dalam format Musou.
  • Persona 5 Strikers: Sebuah sekuel langsung dari Persona 5 yang menggabungkan narasi dan elemen RPG Persona dengan sistem pertarungan aksi Musou yang dimodifikasi.

Kolaborasi ini tidak hanya menunjukkan fleksibilitas formula Musou tetapi juga membantu memperkenalkan genre ini kepada audiens yang lebih luas yang mungkin belum pernah memainkan Dynasty Warriors sebelumnya.

Dampak Budaya dan Penerimaan Kritis

Tidak dapat disangkal bahwa Dynasty Warriors telah menciptakan dan mempopulerkan subgenre Musou. Meskipun sering dicap sebagai “button masher” oleh sebagian kritikus karena gameplay-nya yang terlihat sederhana, seri ini memiliki kedalaman tersembunyi dalam sistem kombo, manajemen sumber daya (Musou gauge, item), dan kesadaran medan perang. Sensasi menjadi pahlawan super yang mampu mengalahkan ratusan musuh sendirian memberikan kepuasan tersendiri yang sulit ditemukan di game lain.

Seri ini memiliki basis penggemar yang sangat setia di seluruh dunia, yang menghargai konsistensi gameplay, daftar karakter yang terus bertambah, dan adaptasi Kisah Tiga Kerajaan. Mode kooperatif juga menjadi daya tarik besar, memungkinkan teman untuk bertarung bersama di medan perang.

Namun, kritik juga konsisten selama bertahun-tahun. Selain tuduhan repetitif, seri ini sering dikritik karena AI musuh yang cenderung pasif, masalah performa teknis (terutama frame rate drops ketika layar dipenuhi banyak musuh), dan grafis yang terkadang dianggap ketinggalan zaman dibandingkan game AAA lainnya.

Upaya untuk berinovasi, seperti sistem Renbu di DW6 atau dunia terbuka di DW9, tidak selalu berhasil memuaskan semua penggemar. Meskipun demikian, setiap rilis baru selalu dinantikan, dan penjualan seri ini secara keseluruhan tetap solid. Pengaruh Dynasty Warriors juga dapat dilihat pada game-game aksi lain yang mencoba mengimplementasikan pertempuran skala besar.

Di Balik Layar: Omega Force dan Koei Tecmo

Kesuksesan dan konsistensi seri Dynasty Warriors dan genre Musou secara luas adalah buah karya Omega Force, studio internal Koei Tecmo. Sejak didirikan pada tahun 1996 dan merilis Dynasty Warriors 2 (Shin Sangokumusou), Omega Force telah menjadi ujung tombak pengembangan game Musou.

Mereka telah mengasah formula ini selama lebih dari dua dekade, menunjukkan kemampuan untuk mengadaptasinya ke berbagai latar dan properti intelektual.

Koei Tecmo, sebagai penerbit dan pemegang IP, telah memberikan dukungan yang stabil untuk seri ini, memahami ceruk pasar yang dilayaninya. Meskipun mungkin tidak selalu menjadi game yang mendapat pujian kritis setinggi langit, Dynasty Warriors adalah waralaba yang sangat penting dan menguntungkan bagi perusahaan.

Filosofi pengembangan Omega Force tampaknya berfokus pada iterasi dan penyempurnaan formula inti sambil sesekali mencoba inovasi yang lebih besar, meskipun dengan hasil yang bervariasi. Kemampuan mereka untuk menghasilkan game Musou secara reguler, baik untuk seri utama maupun kolaborasi, menunjukkan efisiensi dan pemahaman mendalam tentang genre yang mereka ciptakan.

Masa Depan Seri Dynasty Warriors

Setelah eksperimen dunia terbuka yang kontroversial di Dynasty Warriors 9, masa depan seri utama menjadi topik diskusi hangat di kalangan penggemar. Banyak yang berharap Dynasty Warriors 10 akan kembali ke struktur berbasis misi klasik yang lebih linier dan medan perang yang dirancang dengan ketat, sambil tetap membawa peningkatan grafis dan gameplay yang diharapkan dari konsol generasi baru. Pelajaran yang dipetik dari DW9, baik positif maupun negatif, kemungkinan besar akan memengaruhi arah pengembangan selanjutnya.

Sementara itu, spin-off seperti seri Empires dan kolaborasi Musou dengan IP lain kemungkinan akan terus berlanjut, karena terbukti sukses secara komersial dan kritis. Kemampuan Omega Force untuk bekerja dengan berbagai merek terkenal menunjukkan bahwa potensi untuk game Musou baru hampir tidak terbatas.

Tantangan utama bagi Dynasty Warriors di masa depan adalah menjaga agar formula intinya tetap segar dan menarik setelah lebih dari dua dekade. Persaingan di genre aksi semakin ketat, dan ekspektasi pemain terhadap kualitas grafis, narasi, dan inovasi gameplay terus meningkat.

Omega Force dan Koei Tecmo perlu menemukan keseimbangan yang tepat antara mempertahankan apa yang membuat seri ini dicintai dan berani mengambil risiko kreatif yang cerdas untuk menarik pemain baru dan memuaskan para veteran.

Kesimpulan: Legenda Musou yang Abadi

Perjalanan Dynasty Warriors dari sebuah game pertarungan sederhana menjadi waralaba aksi global yang melahirkan genrenya sendiri adalah kisah sukses yang luar biasa dalam industri video game.

Dengan mengambil inspirasi dari salah satu karya sastra terbesar Tiongkok, Romance of the Three Kingdoms, Koei Tecmo dan Omega Force telah menciptakan pengalaman “satu melawan ribuan” yang ikonik dan memuaskan, memungkinkan pemain untuk merasakan kekuatan para jenderal legendaris.

Meskipun sering menghadapi kritik karena gameplay yang dianggap repetitif atau inovasi yang terkadang meleset, Dynasty Warriors telah mempertahankan daya tarik yang kuat selama bertahun-tahun berkat daftar karakter yang kaya, adaptasi cerita yang menarik (meskipun didramatisir), dan kesenangan murni dari menebas gerombolan musuh.

Warisan Dynasty Warriors tidak hanya terletak pada kesuksesan seri utamanya tetapi juga pada pengaruhnya yang luas melalui berbagai spin-off dan kolaborasi yang telah membawa formula Musou ke berbagai dunia dan audiens.

Seri ini telah membuktikan dirinya sebagai pilar yang kokoh dalam portofolio Koei Tecmo dan dalam sejarah game aksi. Seiring industri terus berevolusi, tantangan bagi Dynasty Warriors adalah untuk terus beradaptasi dan berinovasi tanpa kehilangan jiwa yang telah membuatnya dicintai oleh jutaan pemain di seluruh dunia.

Epopeya aksi kolosal ini telah mengukir namanya dengan tinta emas, dan medan perangnya tampaknya masih akan terus bergemuruh di masa mendatang.